Penyebab Altcoin Season
Fase yang paling umum dalam suatu bursa kripto adalah naik dan turunnya harga akibat pengaruh permintaan dan penawaran dalam pasar. Nah, hal inilah menjadi alasan bisa terjadinya altcoin season. Ketika Bitcoin telah mencapai harga yang cukup tinggi, beberapa investor atau trader akan mencari alternatif.
Alternatif yang muncul adalah altcoin yang memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan keuntungan. Dengan begitu, harga bitcoin menjadi stabil dan altcoin menjadi bergejolak. Para investor akan membeli altcoin lewat keuntungan yang didapatkan dari naiknya harga Bitcoin. Hal ini akan mengakibatkan permintaan yang tinggi dan harga menjadi naik.
Walaupun demikian, hal tersebut bukan satu-satunya alasan yang dapat membuat altcoin season. Terkadang ada faktor lain yang dapat membuat altcoin meroket. Misalnya pada tahun 2021, Dogecoin dan Shiba Inu yang merupakan meme coin, bisa meroket karena popularitasnya. Hal ini sama dengan kegilaan NFT yang meningkatkan harga altcoin.
Intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta
Salah satu penyebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta.
Terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi tiga kekuasaan (Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran), pada abad ke-18 tidak lepas dari campur tangan Belanda.
Memasuki abad ke-19, situasi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Intervensi pemerintah kolonial terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada atau justru melahirkan permasalahan baru di lingkungan kerajaan.
Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana konflik di keraton dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan taktik adu domba.
Campur tangan pihak kolonial tidak hanya memicu perpecahan, tetapi juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Sejak Sultan Hamengkubuwono III memegang tumpuk pemerintahan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro sangat malu dan prihatin terhadap terjadinya konflik suksesi di keraton.
Bahkan, karena sang ayah sangat sekuler dan cenderung pada budaya Barat, Pangeran Diponegoro memillih meninggalkan aktivitas di keraton dan hanya melakukan audiensi kepada ayahnya pada hari-hari besar.
Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?
Perang di Afrika dan Timur Tengah
Perang di Afrika dan Timur Tengah diawali dari invasi Italia ke Ethiopia pada 1935, yang memicu perlawanan dari Ethiopia dan Liga Bangsa-Bangsa. Italia yang bergabung dengan Jerman kemudian menguasai sebagian besar Afrika Utara dan Timur.
Pada 1940-1943, Britania Raya dan sekutunya mengalahkan pasukan Poros di Afrika dalam Pertempuran El Alamein. Pada 1944, Sekutu juga berhasil menguasai sebagian besar Timur Tengah dengan bantuan dari gerakan perlawanan nasionalis di negara-negara Arab.
Itulah tadi sejarah singkat mengenai Perang Dunia II, mulai dari negara-negara yang terlibat, penyebab perang, dan bagaimana perang berlangsung.
KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah serangkaian pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III (1810-1811).
Bermula di Yogyakarta, tempat terjadinya Perang Diponegoro meluas hingga ke banyak daerah di Jawa.
Oleh sebab itu, perlawanan Pangeran Diponegoro juga kerap disebut sebagai Perang Jawa.
Apa sebab umum dan sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro?
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya
Apa itu Altcoin Season?
Dunia aset kripto (cryptocurrency) tidak selalu sebatas bitcoin saja. Namun, ada juga koin lainnya yang disukai dan populer selain bitcoin. Koin-koin ini disebut dengan altcoin. Altcoin merupakan semua aset kripto yang dirilis setelah peluncuran Bitcoin. Altcoin diciptakan untuk melampaui Batasan yang terdapat pada Bitcoin sebagai aset digital.
Agar bisa bersaing dengan Bitcoin, tentu altcoin harus memiliki keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh Bitcoin. Contoh altcoin adalah Cardano, Ethereum, Binance, Polkadot, Polygon, dan lainnya. Nah, merujuk pada pengertiannya, maka altcoin season adalah periode dimana koin alternatif tersebut mengalami kenaikan nilai akibat meningkatnya volume perdagangan.
Peningkatan volume perdagangan mengakibatkan harga altcoin mengalami lonjakan yang melampaui Bitcoin dan dollar AS. Pada saat altcoin season berlangsung, pasar akan dikuasai oleh altcoin dan Bitcoin kehilangan dominasinya dalam pasar. Hal ini dapat dilihat pada nilai kapitalisasi Bitcoin yang menurun.
Musim ini pernah terjadi pada akhir 2017 dimana Bitcoin telah mencapai puncak harga tertingginya dan di awal tahun 2018, dominasi Bitcoin pada pasar merosot sebesar 37,84 persen.
Negara yang Terlibat Perang Dunia II
Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Kelas XI: Pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II Bagi Kehidupan Politik Global, terdapat beberapa negara yang terlibat Perang Dunia II. Ada dua kelompok berlawanan, yaitu Blok Axis atau Poros dan Blok Allied atau Sekutu.
Blok Poros terdiri dari tiga negara fasis, yaitu Jerman, Italia, dan Jepang. Sebelum terjadinya perang, Jerman telah menandatangani beberapa perjanjian, seperti Pakta Poros Roma-Berlin pada Mei 1936 dengan Italia, dan Pakta Anti Komintern (komunis internasional) dengan Jepang pada November 1936.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lawan mereka adalah Blok Sekutu yang terdiri dari Inggris, Prancis, Uni Soviet, China dan Amerika Serikat, serta negara-negara lain yang terancam oleh kekuatan Blok Axis.
Cara memanfaatkan Altcoin Season
Cara untuk memanfaatkan momentum musim ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan melakukan strategi HODL atau trading. HODL atau hold on for dear life merupakan strategi untuk menyimpan koin dalam jangka waktu yang panjang.
Jika kamu menggunakan strategi ini, maka kamu harus memilih altcoin yang memiliki potensi besar di masa depan. Lakukan riset mendalam terhadap whitepaper setiap altcoin yang ingin diinvestasikan. Jangan lupa lakukan diversifikasi karena volatilitas pasar kripto sangat tinggi.
Kamu juga bisa melakukan trading terhadap altcoin yang mengalami kenaikan harga yang drastis. Cara ini cukup berisiko, oleh karena itu kamu lakukan analisis pada altcoin dengan melihat volume perdagangan, kepercayaan publik, serta popularitasnya.
Jangan lupa untuk membuat trading plan seperti target risiko, harga masuk, target keuntungan dan lainnya. Nah, kamu bisa memanfaatkan Aplikasi Ajaib Kripto untuk trading, lho. Aplikasi Ajaib Kripto tersedia fitur yang membantumu buat trading maupun berinvestasi.Nah, tunggu apa lagi? Download Aplikasi ajaib kripto sekarang!
Jakarta (ANTARA) - Bulan Purnama atau bulan penuh (full moon) merupakan salah satu fenomena alam yang paling dikenal dan dinantikan oleh banyak orang.
Pada saat Bulan Purnama, Bulan terlihat sepenuhnya terang dan bulat di langit malam, memberikan pemandangan yang memukau dan sering kali menjadi bahan perbincangan. Fenomena ini menarik perhatian banyak orang, baik mereka yang memiliki ketertarikan pada astronomi maupun yang hanya ingin menikmati keindahan alam.
Bulan Purnama juga sering dikaitkan dengan berbagai tradisi budaya, seperti perayaan Hari Suci Purnama bagi umat Hindu. Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan persembahyangan sebagai bentuk yadnya, memohon kepada Sang Hyang Chandra untuk menyucikan diri.
Baca juga: Bulan purnama saat Festival Pertengahan Musim Gugur di Timur Tengah
Namun, apa sebenarnya yang terjadi terciptanya fenomena ini dan kapan bulan Purnama sepenuhnya terjadi? Berikut penjelasannya.
Proses terjadinya Bulan Purnama
Proses pada Bulan Purnama terjadi ketika bulan mencapai pada titik orbitnya, dimana posisi Bulan tepat berseberangan dengan Matahari dengan Bumi diantaranya. Dalam posisi ini, sisi Bulan yang menghadap Bumi akan sepenuhnya diterangi oleh sinar dari cahaya Matahari, sehingga tampak cerah dan bulat.
Fenomena ini merupakan bagian dari siklus lunar yang berlangsung sekitar 29,5 hari. Selama siklus ini, Bulan melewati beberapa fase, termasuk bulan baru, bulan sabit, kuartal pertama dan bulan eaxing gibbous, sebelum akhirnya mencapai fase purnama.
Baca juga: Supermoon terakhir tahun 2024 nampak di langit Indonesia besok
Kapan Bulan Purnama terjadi?
Bulan Purnama akan terjadi setiap satu kali pada siklus lunar, siklus ini memiliki durasi rata-rata 29,5 hari. Dengan durasi tersebut, Bulan Purnama umumnya diperkirakan muncul sekitar hari ke-14 atau ke-15 dalam kalender lunar.
Terkadang, fase Bulan Purnama dalam satu bulan kalender terdapat dua kali fase bulan purnama, fenomena ini yang dikenal dengan istilah "bulan biru". Fenomena yang cukup langka dan hanya terjadi rata-rata setiap 33 bulan sekali atau terjadi pada tahun-tahun di mana dua bulan biru terjadi.
Meskipun siklus lunar sekitar 29,5 hari, Fase Bulan Purnama akan terjadi setiap bulan, namun tidak selalu pada tanggal yang sama. Bulan purnama yang tepat jatuh pada tanggal tertentu akan bervariasi setiap bulan nya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kapan Bulan Purnama berikutnya akan terjadi, kita sering kali memerlukan kalender astronomi yang menunjukkan tanggal dan waktu yang tepat.
Baca juga: Ini alasan fenomena “supermoon” dapat pengaruhi pola tidur
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi lebih dari dua meter di perairan selatan NTB
Pewarta: Sean Anggiatheda SitorusEditor: Suryanto Copyright © ANTARA 2024
KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah serangkaian pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III (1810-1811).
Bermula di Yogyakarta, tempat terjadinya Perang Diponegoro meluas hingga ke banyak daerah di Jawa.
Oleh sebab itu, perlawanan Pangeran Diponegoro juga kerap disebut sebagai Perang Jawa.
Apa sebab umum dan sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro?
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya
Jalannya Perang Dunia II
Berdasarkan laman Universitas Islam An Nur Lampung, jalannya Perang Dunia II dapat dibagi menjadi beberapa tahap berdasarkan tempat kejadiannya, yaitu:
Terjadinya perang di Eropa diawali dengan invasi Jerman ke Polandia pada 1 September 1939. Hal ini memicu Inggris dan Prancis mendeklarasikan perang terhadap Jerman. Jerman berhasil menguasai sebagian besar Eropa Barat dan Tengah dengan strategi blitzkrieg (perang kilat), yaitu serangan udara dan darat yang cepat dan mendadak.
Pada 1940, Jerman melancarkan serangan udara terhadap Britania Raya dalam Pertempuran Britania, namun mereka gagal mengalahkan Angkatan Udara Kerajaan (RAF). Selanjutnya pada 1941, Jerman menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa, tetapi mengalami kesulitan karena cuaca dingin dan perlawanan sengit dari tentara Soviet.
Pada 1944, Sekutu mendaratkan pasukan di Normandia (D-Day) dan membebaskan sebagian besar Eropa Barat dari pendudukan Jerman, sehingga berhasil membuka front barat. Pada 1945, Sekutu menyerbu Berlin dan mengakhiri rezim Nazi. Adolf Hitler kemudian bunuh diri.
Penobatan Pangeran Menol
Pada 16 Desember 1822, Sultan Hamengkubuwono IV meninggal secara mendadak di usia 18 tahun.
Residen Yogyakarta, Baron de Salis, pada awalnya meminta Pangeran Diponegoro untuk menggantikan, tetapi ia menolak.
Perang di Asia dan Pasifik
Perang di Asia dan Pasifik berawal dari serangan mendadak Jepang ke pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Jepang juga berhasil menguasai sebagian besar Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan strategi serangan mendadak (surprise attack), melalui kekuatan angkatan laut dan udara.
Pada 1942, Amerika Serikat menghentikan laju ekspansi Jepang dengan kemenangan penting di Pertempuran Midway. Pada periode 1943-1945, Amerika Serikat melancarkan strategi pulau demi pulau (island hopping) dan berhasil merebut kembali pulau-pulau strategis dari Jepang melalui pertempuran darat dan laut.
Pada 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang pun menyerah tanpa syarat.
Intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta
Salah satu penyebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta.
Terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi tiga kekuasaan (Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran), pada abad ke-18 tidak lepas dari campur tangan Belanda.
Memasuki abad ke-19, situasi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Intervensi pemerintah kolonial terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada atau justru melahirkan permasalahan baru di lingkungan kerajaan.
Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana konflik di keraton dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan taktik adu domba.
Campur tangan pihak kolonial tidak hanya memicu perpecahan, tetapi juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Sejak Sultan Hamengkubuwono III memegang tumpuk pemerintahan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro sangat malu dan prihatin terhadap terjadinya konflik suksesi di keraton.
Bahkan, karena sang ayah sangat sekuler dan cenderung pada budaya Barat, Pangeran Diponegoro memillih meninggalkan aktivitas di keraton dan hanya melakukan audiensi kepada ayahnya pada hari-hari besar.
Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?