Red Devil Ikan Predator

Asal ikan red devil bukan dari Indonesia

Ikan red devil adalah ikan predator berbahaya yang bukan dari Indonesia. Ikan yang memiliki nama ilmiah Amphilophus labiatus ini ternyata berasal dari wilayah Amerika Tengah. Tepatnya, ikan ini merupakan spesies endemik yang berasal dari perairan Nikaragua, seperti Danau Nikaragua, Danau Managua, dan Danau Xiloa.

Ikan red devil menjadi predator spesies ikan lainnya

Ikan ini memiliki rahang yang sangat kuat dan gigi yang tajam. Hal itulah yang menyebabkan ikan omnivora ini diklasifikasikan sebagai ikan predator yang berbahaya bagi spesies ikan lainnya. Ikan red devil selalu memangsa ikan kecil, cacing, larva, serangga, siput, dan organisme lainnya.

Baca juga : Mengenal Arapaima, Ikan Predator Terbesar Asal Amazon yang Dilarang di Indonesia

Pernah mengancam spesies ikan lain di Danau Toba

Meskipun bukan berasal dari Indonesia, ikan ini sendiri sudah menyebar sampai ke Indonesia dan ditemukan pada sekitar tahun 1990-an dibawa dari Singapura dan Malaysia. Ikan ini juga menjadi masalah yang besar bagi habitat-habitat ikan lain di danau Toba.

Beberapa perairan yang pernah ditinggali oleh ikan red devil di Indonesia antara lain Danau Toba Sumatera Utara, Waduk Sermo Yogyakarta, Kedung Ombo Jawa Tengah, hingga Danau Sentani Papua.

Ikan Red Devil | Youtube

Dijadikan ikan hias karena warnanya yang bervariasi

Meskipun berbahaya, ikan red devil memiliki bentuk yang sangat indah. Ikan ini bahkan berkerabat dengan ikan lou han dan warnanya juga sangat mencolok. Red devil kerap dijumpai dengan warna yang berbeda-beda. Mulai dari merah, abu-abu, kuning, putih, hingga merah muda.

Bahkan di dalam air, ikan ini terkadang terlihat dengan bentuk bibir yang lebih besar.Oleh karena itu, orang-orang masih memilih memelihara ikan ini untuk disimpan di dalam aquarium.

Ciri fisik ikan red devil

Red devil cichlid memiliki banyak variasi struktur tubuhnya. Di alam liar seringkali warnanya cokelat tua hingga abu-abu. Itu dipengaruhi pembauran dengan lingkungan alamnya. Ada juga yang tetap tampak berwarna merah cerah. Beberapa ikan red devil memiliki ekor dan sirip berujung hitam. Mulutnya tebal dan kenyal, berwarna hitam atau oranye.

Ikan ini dikenal sebagai salah satu jenis cichlid yang paling ganas dan agresif. Mengutip Fishkeeping World, dinamai sebagai red devil, karena memiliki gigi besar, rahang kuat, dan perilaku agresif. Red devil semasa tumbuh bisa hidup bersama ikan lainnya. Tapi, saat dewasa red devil akan menyerang atau memangsa ikan spesies lain yang berukuran lebih kecil.

Red devil suka menghuni perairan terbuka dan jarang ditemukan di sungai. Ikan red devil menyukai dasar pasir halus yang banyak tempat persembunyian di antara batu dan kayu. Biasanya ikan red devil ditemukan di area bebatuan dan batang kayu yang terendam.

Gigi besar dan rahang kuat menunjukkan, spesies ini pemangsa atau predator. Red devil memakan ikan kecil, siput, larva serangga, cacing, dan organisme di bagian bawah air lainnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

TRIBUN-MEDAN.com, PANGURURAN -Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir bersama mahasiswa KKN Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan pelatihan pengelolaan makanan nuget berbahan baku ikan Lohan Merah (Red Devil) di Danau Toba.

Perlu diketahui, bahwa ikan Red Devil kerap memangsa segala jenis ikan di Danau Toba. Kepala Dinas Ketapang dan Pertanian Kabupaten Samosir, Tumiur Gultom berharap dengan cara itu, dapat mengurangi ikan Red Devil di Danau Toba.

“Kita juga tengah berupaya mengurangi jumlah ikan red devil yang sifatnya invasif. Maka dengan cara ini kita berharap dapat juga menunjang program ketahanan pangan. Artinya, ikan red devil tersebut dapat diubah menjadi sumber protein dan makanan bergizi lainnya bagi masyarakat,” ujar Tumiur Gultom, Selasa (13/8/2024).

Selain nuget, pihaknya juga akan berkoodinasi dengan pelaku dengan membuat makanan kerupuk dengan menggunakan bahan baku ikan Red Devil. “Kedua, kita juga berkoordinasi dengan pengrajin yang dapat menghasilkan kerupuk,” sambungnya.

Tumiur berharap pengelolaan ikan Red Devil dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dan peserta yang mengikuti pelatihan pengelolaan ikan Red Devil tersebut, dapat disebarkan kepada seluruh masyarakat Samosir.

“Kita berharap pengetahuan pengrajin dapat bertambah, guna mengelola ikan red devil menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Kegiatan tersebut menghadirkan masyarakat dari Siopat Sosor dan Situngkir dan 9 penyuluh dari kecamatan, sehingga informasi ini dapat disebarkan," sambungnya.

"Dan, kita berharap setiap kecamatan membentuk kelompok untuk pengolahan ikan red devil tersebut," sambungnya.

Pengamat Lingkungan Hidup Gurgur Manurung: Ikan Red Devil Sifatnya Invasif

Pengamat lingkungan Gurgur Manurung menyampaikan Danau Toba sedang dalam bencana setelah merebaknya jumlah ikan red devil (Iblis Merah).

Ikan Iblis Merah tersebut disebut sebagai predator bagi ikan yang lain; ikan mas dan mujahir.

Kedua ikan ini merupakan ikan yang ditangkap nelayan tradisional di kawasan Danau Toba.

Dirinya sendiri telah menyampaikan aspirasi soal perkembangan jumlah ikan merah yang ia sebut sebagai ikan predator sekaligus invasif.

"Dari dulu sudah kita katakan soal itu, tapi sekarang kita ternyata mengalaminya. Sejak tahun 2000, saya sudah teriak-teriak agar jangan ada ikan invasif di Danau Toba. Harus ada kontrol," ujarnya beberapa waktu lalu.

"Itu membutuhkan riset soal ini sebab ini adalah bencana bagi ekosistem Danau Toba. Ini adalah sesuatu yang serius, bukan sebatas bahasa-bahasa politis lagi," sambungnya.Menurutnya, ikan Iblis Merah itu belum diketahui secara pasti dari mana asalnya.

Kemunculan ikan Red Devil sempat membuat geger karena mengganggu ekosistem asli di Danau Toba. Ternyata setelah diteliti ikan tersebut mampu mengatasi persoalan stunting.

Bupati Toba Poltak Sitorus menyebut ikan Red Devil bisa menjadi kuliner olahan yang lezat. Meski diakuinya ikan itu menjadi ancaman tersendiri.

"Ini persoalan yang harus kita buat jadi berkah, tidak bisa kita tangkap lalu kita ganti, tapi manfaatkan yang ada ini lalu kita tambah nilainya," ungkap Poltak saat acara KaTa Kratif Toba, Rabu (19/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poltak menambahkan ikan Red Devil sudah diolah menjadi keripik, bakso, dan olahan lainnya. Namun begitu, ia menyebutkan saat ini, pihaknya memerlukan peralatan untuk memproduksi olahan ikan Red Devil tersebut.

"Sekarang yang kita perlukan itu peralatan terkait itu untuk bikin keripik, bakso dan lain-lain. Ibu-ibu ini yang paling buat solusi," ujarnya.

Dirut Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan menyebutkan bahwa ikan Red devil ini memiliki rasa yang gurih.

"Kalau digoreng kering, ternyata lebih enak dibanding ikan selar. Mungkin kita beri dorongan agar jadi oleh-oleh," tutur Jimmy.

Jimmy mengatakan daging ikan Red Devil ini sudah diuji di laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ikan nila.

"Dagingnya sudah dibawa ke IPB Bogor, kandungan protein ternyata lebih tinggi dari nila, jadi kalau kita bisa olah untuk makanan bisa untuk cegah stunting, cuma cita rasanya kurang dan ini bisa kita buat inovasi," ucapnya.

"Ikan endemik di Danau Toba itu sebenarnya mujair. Kemudian muncul ikan Red devil yang dulu nnggak tahu siapa bawa, ini ikan predator, dimakanlah mujair ini," pungkasnya.

Fakta Unik Ikan Red Devil: Predator yang Dilarang di Indonesia

Berbagai jenis ikan hias yang memiliki bentuk indah, tidak selalu memiliki dampak juga yang baik bagi lingkungan. Salah satunya adalah ikan red devil. Ikan ini memang terlihat indah untuk dipelihara, bahkan bentuknya mirip dengan ikan lou han. Namun, ikan ini ternyata merupakan ikan predator yang jahat jika dilepas di perairan bebas.

Ikan red devil atau yang juga disebut sebagai setan merah ini diklasifikasikan oleh Labert Gunter pada tahun 1864. Ikan ini bahkan merusak dan menjadi masalah serius di Danau Toba. Artikel ini akan membahas tentang asal, habitat, dan fakta unik ikan red devil.

Dilarang di Indonesia karena mengancam fauna endemik di perairan

Mengingat akan bahaya yang ditimbulkan akibat adanya ikan red devil, Indonesia melarang orang untuk memasukkan, membudidayakan, mengedarkan, dan melepasliarkan ke wilayah perairan Indonesia. Ikan ini berpotensi mengancam fauna endemik yang ada di perairan Indonesia. Larangan tersebut tercantum dalam Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No 19 Tahun 2020.

Baca juga: Ternyata, 3 Ikan Purba ini Masih Hidup di Perairan Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

TEMPO.CO, Jakarta - Ikan red devil (Amphilophus labiatus) berasal dari Amerika Tengah yang besar. Panjangnya ikan ini bisa mencapai sekitar 38 sentimeter saat dewasa, dilansir Animal World.

Dibutuhkan sekitar 3 tahun untuk spesies mencapai ukuran penuhnya. Walaupun begitu, ikan red devil betina sudah bisa bertelur saat berukuran 15 sentimeter. Rentang hidup ikan ini hingga 12 tahun usianya. Red devil cichlid ditemukan di Amerika Tengah dekat lereng Atlantik di Nikaragua. Red Devil berhabitat di Danau Nikaragua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampai pertengahan 1980-an ada sekitar 100 ekor lebih spesies yang dideskripsikan di bawah genus Cichlasoma. Tapi, dalam beberapa waktu ini, telah ditentukan red devil tak lagi cocok dalam genus itu.

Bisa dikonsumsi sebagai makanan

Meskipun predator, ikan ini juga bisa dikonsumsi oleh manusia. Ikan red devil bahkan dikatakan memiliki rasa yang sangat lezat ketika diolah menjadi sebuah keripik atau ikan krispi.

Baca juga: Mengenal Toman, Ikan Predator Hias Yang Dapat Dikonsumsi

Habitat ikan red devil di perairan tawar

Ikan red devil sering sekali ditemukan di perairan air tawar dan lebih sering berada di danau daripada di sungai. Selain itu, ikan berbahaya ini juga senang bertempat tinggal di perairan yang memiliki banyak batu sebagai tempat mereka untuk berenang di antara celah-celah batu tersebut.

Baca juga: Mengenal 5 Ikan Air Tawar Sumatra yang Terancam Punah

Populasinya sulit dikendalikan karena berkembang biak dengan cepat

Ikan red devil memiliki adaptasi yang sangat baik. Ikan ini bisa tinggal di perairan air tawar mana saja dan bisa hidup di berbagai macam kondisi. Oleh karena itu, dari kemampuan adaptasi dan berkembang biak di mana saja membuat ikan ini sangat sulit untuk dikendalikan populasinya.